Minggu, 12 Mei 2013

KUMPUL BOCAH




Cah dolan dha mrenea,
Cah dolan dha mrenea,
Yo ayo padha kumpul, kumpul ........ kumpul.

Lirik lagu di atas sering kita nyanyikan untuk mengajak anak-anak berkumpul bersama, tapi apakah hanya sekedar berkumpul? Tentu saja tidak!

Disini saya akan berbagi cerita tentang pengalaman ketika berproses mendampingi anak-anak Kelompok Bermain di Sanggar Anak Alam. Seperti biasa sesudah anak-anak berkumpul semua, doa pagi mengawali kegiatan kami, ucapaan terima kasih pada Tuhan dan berharap tidak akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Saat berdoa tentu saja tidak sama dengan orang dewasa, suasana masih diwarnai suara riuh anak-anak yang masih bergurau, bercerita, atau hanya diam mengamati teman lainnya, meskipun ada pula yang benar-benar serius untuk berdoa. Tapi keadaan ini tidak menjadi masalah besar di sekolah ini. Di kelas KB kurang lebih ada 15 – 20 anak setiap harinya. Masing-masing mempunyai karakter  dan keunikan yang berbeda, sehingga dibutuhkan pendampingan dan pendekatan yang berbeda pula. Di sekolah ini peran fasilitator memang benar-benar memfasilitasi apa yang menjadi keinginan mereka dalam berkreasi. Karena diusia ini anak-anak sangat suka berimajinasi, maka sebagai fasilitator kami juga harus masuk keruang imajinasi mereka, misalnya berperan menjadi binatang, robot, ataupun yang semua itu mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Tidak hanya itu, semua yang ada di sini menjadi media belajar bagi mereka. Misalnya meja, kadang meja ini jadi panggung untuk menyanyi atau menari, kadang jadi kereta, kapal, tempat tidur, meja makan, atau diseting untuk kegiatan motorik kasarnya menjadi arena rintangan. Kemudian ada juga yang bereksplorasi dengan air, pasir, balok dan sebagainya.

Ada peristiwa menarik ketika anak menemukan sebuah toples bekas di depan sekolah. Hari itu matahari terik sekali, sehingga cuaca dan udaranya cukup panas. Tap tidak menghalangi anak-anak untuk bermain di luar dan berpetualan. Salah satunya Milo, anak ini memang senang melakukan dan mencari hal-hal yang baru. Suatu ketika Milo menemukan sebuah toples yang tidak terpakai di depan sekolah, ia langsung berteriak “O... aku dapat ini”,  toples itu akhirnya untuk bermain air, ia masukkan ke sungai sampai penuh terisi air, kemudian ait itu disiramkan ke pinggiran sungai yang sudah disemen. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai sepanjang pinggiran sungai itu menjadi basah semua. Saya hanya mengamati terus apa yang dilakukan Milo. Sampai akhirnya saya bilang “Milo kalau seperti itu nanti jalannya licin, sehingga bisa membahayakan yang lewat”, Milo tidak mempedulikan ucapan saya tadi, ia terus saja menyirami jalan itu  dengan toplesnya. Ketika toples itu mau diminta Milo menjawab seperti ini “O... sekarang jalannya tidak panas lagi”, saya terkejut mendengar komentarnya. Ternyata setelah ia menyiram dengan air terus menerus Milo merasakan perbedaan jalan yang panas berubah menjadi dingin, karena ia memang tidak memakai alas kaki.
Dari cerita tadi kita bisa bilang “inilah belajar yang sesungguhnya” bahwa Mendengar, saya lupa, Melihat, saya ingat, Melakukan, saya paham, Menemukan sendiri, saya kuasai.

Anik Kurnia 
Fasilitator Kelompok Bermain Sanggar Anak Alam